Studi Lapangan Konseling Lintas Budaya: Menggali Keberagaman di Desa 3T Untuk Pembelajaran Holistik

Dalam upaya membangun kompetensi mahasiswa dalam memahami dan menangani keberagaman budaya, Program Studi Bimbingan dan Konseling mengadakan studi lapangan pada mata kuliah Konseling Lintas Budaya. Kegiatan ini berlangsung di sebuah desa yang tergolong 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), yaitu Desa Suka Rende, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Desa ini menawarkan panorama keberagaman budaya dan tradisi yang kental, sehingga menjadi lokasi yang ideal untuk mempraktikkan teori konseling lintas budaya secara langsung.

Mengapa Desa 3T Menjadi Pilihan?

Desa Suka Rende dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya yang memikat, tetapi juga karena masyarakatnya yang masih memegang erat tradisi dan adat istiadat lokal. Dengan latar belakang masyarakat yang beragam, mulai dari etnis, agama, hingga praktik budaya, desa ini memberikan tantangan dan peluang besar bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari masyarakat setempat. Kondisi desa yang tergolong 3T juga memberikan dimensi pembelajaran tambahan, yaitu bagaimana konseling dapat diterapkan di wilayah yang memiliki keterbatasan akses fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Kegiatan dan Pembelajaran di Lapangan

Dalam studi lapangan ini, mahasiswa diajak untuk:

  1. Mengobservasi Tradisi dan Budaya Lokal Mahasiswa melakukan wawancara dan observasi terhadap tokoh adat, pemuka agama, dan masyarakat umum untuk memahami tradisi yang masih dilestarikan. Salah satu fokusnya adalah bagaimana tradisi ini memengaruhi pola pikir dan kesejahteraan psikologis masyarakat.
  2. Praktik Konseling Kontekstual Dalam sesi praktik, mahasiswa diberikan kesempatan untuk menerapkan teori konseling lintas budaya dengan pendekatan yang sensitif terhadap nilai-nilai lokal. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun hubungan yang empatik dan saling menghormati dengan masyarakat.
  3. Pelestarian Wisata Alam Selain aspek budaya, mahasiswa juga berpartisipasi dalam upaya pelestarian wisata alam. Salah satu lokasi yang menjadi perhatian adalah air terjun dan hutan sekitar Desa Suka Rende, yang memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata berkelanjutan.

Dampak dan Refleksi

Kegiatan ini memberikan dampak positif tidak hanya bagi mahasiswa, tetapi juga bagi masyarakat desa. Mahasiswa mendapatkan wawasan praktis tentang pentingnya memahami keberagaman budaya dalam konseling, sementara masyarakat memperoleh apresiasi baru terhadap budaya dan sumber daya alam mereka. Dalam sesi refleksi, mahasiswa mengungkapkan bahwa pengalaman ini membuka mata mereka terhadap tantangan nyata yang dihadapi masyarakat di daerah 3T, sekaligus memberikan inspirasi untuk berkontribusi lebih banyak dalam menciptakan masyarakat yang inklusif.

Penutup

Studi lapangan ini membuktikan bahwa keberagaman adalah aset berharga yang dapat menjadi sumber pembelajaran. Dengan pendekatan yang menghormati budaya lokal, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga menjadi agen perubahan yang membawa dampak nyata bagi masyarakat. Desa Suka Rende, dengan segala keunikan dan kekayaannya, menjadi saksi betapa pentingnya konseling lintas budaya dalam membangun hubungan yang harmonis di tengah perbedaan.

Artikel ini merujuk pada: https://www.kompasiana.com/mhdarifin0715/67790ea134777c7ea32e90b4/konseling-lintas-budaya-menjaga-tradisi-dan-melestarikan-wisata-alam-di-desa-suka-rende-kec-kutalimbaru-kab-deli-serdang-prov-sumatera-utara?utm_source=Whatsapp&utm_medium=Refferal&utm_campaign=Sharing_Mobile